Menikmati Buku Corat-coret di Toilet bersama iJakarta

Oleh: Nurwahidah Ramadhani


Dengan modal RAM dan memori smartphone yang tak seberapa, aku men-download aplikasi iJakarta. Sebagai pecinta buku gratis, kehadiran aplikasi perpustakaan digital merupakan anugerah. Pasalnya, selain gratis, aku bisa menikmati buku berkualitas di mana dan kapan saja –dalam keadaan online maupun offline. Tak hanya itu, aku juga bisa bersosialisasi dengan pengguna iJakarta lainnya dan memberi ulasan serta rekomendasi pada buku yang sudah dibaca.

ijakarta
Aplikasi iJakarta

iJakarta merupakan aplikasi perpustakaan digital persembahan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DKI Jakarta yang dikembangkan oleh PT. Woolu Aksara. Walaupun belum begitu populer bila dibandingkan aplikasi smartphone lainnya dan juga masih banyak koleksi yang belum tersedia, aku tetap menyukai aplikasi ini. Aku yakin developer akan terus melakukan perbaikan demi kenyamanan pengguna.

Bercerita tentang buku, beberapa hari yang lalu aku melihat tweet dari akun  @iJakarta_id yang juga di-retweet akun @Gramedia mengenai #GPUReadingChallenge #GPUxiJak mengenai Reading Challenge buku Eka Kurniawan yang berjudul Corat-coret di Toilet. Umm, tanpa pikir panjang aku langsung membuka aplikasi iJakarta dan meminjam buku tersebut.

ijak-gpu-resensi-buku-eka-kurniawan-corat-coret-di-toilet
#GPUReadingChallenge #GPUxiJak

Memang agak susah sih download-nya karena sinyal provider-ku yang warbiazaah. Namun, dengan penuh kesabaran akhirnya ebook tersebut nangkring cantik di rak bukuku.


Hanya butuh waktu dua jam –tentunya dengan penuh konsentrasi– untuk melahap dua belas cerita pendek yang disajikan dalam buku ini. Tulisannya ringan namun sarat makna. Sejujurnya, ini adalah kali pertama aku membaca karya Eka Kurniawan. Dan aku jatuh cinta padanya lewat buku ini!

daftar-isi-corat-coret-di-toilet
12 Cerpen Corat-coret di Toilet

Dua belas cerpen ini ditulis dengan gaya surealis namun realis.  Nah lho? Hm, aku bocorin dua cerita yaa..

Peter Pan

Ia berkata bahwa mencuri buku merupakan tindakan terkutuk, dan ia melakukannya dengan harapan bisa ditangkap sehingga ia akan tahu bahwa pemerintah memang mencintai buku dan benci para pencuri buku. Tapi ia memang malang, ia tak juga ditangkap meskipun sudah ribuan buku ia curi.

Secara logika, pencurian buku memang mungkin sekali terjadi –apalagi di Indonesia, namun, mencuri untuk ditangkap? Mencuri untuk membuktikan bahwa pemerintah akan menunjukkan rasa cintanya pada buku dan ingin melindungi buku dari para pencuri? Selain itu, di cerpen ini akupun bisa membayangkan bagaimana chaos-nya keadaan Indonesia di tahun 1998 dalam tiap narasinya seperti: begitulah Peter Pan berjuang, hingga suatu waktu sebagian besar mahasiswa, buruh, para pedagang, pegawai kantoran, dan bahkan para pegawai negeri mulai turun ke jalan secara serempak. Mereka berkumpul bersama dalam satu kesepakatan bahwa sang diktator memang tak layak lagi di pertahankan.

Tertangkapnya Si Bandit Kecil Pencuri Roti

Kami pikir, ia memang beruntung. Ia tidak punya ibu yang akan membangunkannya di pagi hari pada pukul enam pagi, atau memarahinya karena belum mandi. Ia juga tak punya ayah yang akan memarahinya karena belum mengerjakan pekerjaan rumah atau belum tidur pada pukul sembilan malam…

Suatu hari di sebuah sore yang panas, ia bercerita kepada kami bahwa ia bisa menerobos masuk ke dalam gedung bioskop…

Hingga suatu ketika kami dengar polisi akan menangkapnya, karena ia ketahuan mencuri roti di toko…

Tak ada hari di mana ia tak diceritakan telah mencuri di salah satu toko yang ada di kota…

Kita selalu ingin sesuatu yang tidak kita miliki namun dimiliki oleh orang lain. Betapa banyak orang yang mendamba kebebasan –atau justru pengabaian– sedangkan orang yang merasakannya justru membutuhkan perhatian.

Bapak polisi, antarkan aku kepada ibuku. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan membawaku pergi ke pasar malam. Aku ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku rumah. Aku juga ingin punya ibu sendiri yang akan memberiku uang untuk membeli roti sehingga aku tak perlu mencurinya.

Ahh, hatiku terasa penuh bahkan nyaris sesak selepas menamatkan isi kumpulan cerita ini. Berbagai perasaan –senang, sedih, haru, geli, lucu, ngeri—bercampur jadi satu.

Well, jika harus menabur bintang, aku tak segan memberi 4 dari 5 bintang. Satu bintang untuk ide yang unik. Satu bintang untuk gaya penulisan yang sederhana. Satu bintang untuk narasinya yang terasa begitu nyata. Satu bintang untuk pesan-pesan yang mempengaruhi hati dan pikiran.

Intinya, aku merekomendasikan buku ini untuk semua orang yang menyukai sastra, filsafat sekaligus menginginkan bacaan yang berkualitas tinggi namun dibungkus dengan gaya penulisan yang sederhana.


Judul buku: Corat-coret di Toilet

Penulis: Eka Kurniawan

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit: 2014

Cetakan: I

ISBN: 978-602-03-0386-4

cover-corat-coret-di-toilet-eka-kurniawan-dpn-blkg
Sampul depan dan belakang Corat-coret di Toilet